Setuju atau tidak, semua orang gemar julid atau bergosip. Meski sebagian besar mengatakan bergosip nama lain untuk bertukar informasi namun dalam kenyataannya, kita semua gemar berbicara tentang orang lain.
Saking banyaknya yang gemar bergosip, sebuah studi menemukan bahwa orang menghabiskan sekitar 52 menit sehari untuk membicarakan orang lain, atau bergosip, tentang mereka yang tidak hadir.
Tapi terlepas dari asumsi bahwa gosip adalah omong kosong, penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar gosip adalah obrolan yang tidak menghakimi.
"Kami menemukan bahwa mayoritas gosip adalah netral. Sekitar tiga perempat percakapan yang kami dengar dalam sampel tidak bernada positif atau negatif," tutur Megan Robbins, penulis studi dan psikolog dari UC Riverside, dikutip dari NPR.
Apa pun yang dibicarakan tentang seseorang yang tidak hadir dianggap sebagai gosip, yang oleh asisten peneliti kemudian dinilai positif, negatif, atau netral.
Wanita, tentunya, bergosip lebih sering dari pria tapi hanya membicarakan soal informasi umum seperti pekerjaan keponakan atau tentang perawatan kanker seorang rekan lain. Riset juga menunjukkan orang yang lebih muda cenderung lebih suka julid daripada yang tua.
Dan, tidak mengherankan, orang ekstrovert lebih mungkin untuk bergosip daripada orang introvert meski tidak diketahui pasti isi percakapannya apakah positif, negatif atau di antaranya.
Tentu saja, gosip adalah fenomena yang rumit untuk diartikan. Dosen di King's College London yang tidak menjadi peneliti di studi tersebut, Elena Martinescu, menunjukkan bahwa kadang-kadang bergosip dapat membahayakan tapi tidak menutup kemungkinan informasi yang kita dapatkan bisa digunakan untuk melindungi diri sendiri.
"Saya pikir bergosip bisa menjadi hal yang cerdas untuk dilakukan. Ini memungkinkan orang untuk melacak apa yang terjadi dan membentuk aliansi sosial dengan orang lain," sebut Elena.
Tak selamanya bergosip atau julid menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Di beberapa waktu, bergosip juga bisa memberikan manfaat di waktu-waktu tertentu.
Jadi, sudah berapa menit yang kamu habiskan untuk julid hari ini?
Saking banyaknya yang gemar bergosip, sebuah studi menemukan bahwa orang menghabiskan sekitar 52 menit sehari untuk membicarakan orang lain, atau bergosip, tentang mereka yang tidak hadir.
Tapi terlepas dari asumsi bahwa gosip adalah omong kosong, penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar gosip adalah obrolan yang tidak menghakimi.
"Kami menemukan bahwa mayoritas gosip adalah netral. Sekitar tiga perempat percakapan yang kami dengar dalam sampel tidak bernada positif atau negatif," tutur Megan Robbins, penulis studi dan psikolog dari UC Riverside, dikutip dari NPR.
Apa pun yang dibicarakan tentang seseorang yang tidak hadir dianggap sebagai gosip, yang oleh asisten peneliti kemudian dinilai positif, negatif, atau netral.
Wanita, tentunya, bergosip lebih sering dari pria tapi hanya membicarakan soal informasi umum seperti pekerjaan keponakan atau tentang perawatan kanker seorang rekan lain. Riset juga menunjukkan orang yang lebih muda cenderung lebih suka julid daripada yang tua.
Dan, tidak mengherankan, orang ekstrovert lebih mungkin untuk bergosip daripada orang introvert meski tidak diketahui pasti isi percakapannya apakah positif, negatif atau di antaranya.
Tentu saja, gosip adalah fenomena yang rumit untuk diartikan. Dosen di King's College London yang tidak menjadi peneliti di studi tersebut, Elena Martinescu, menunjukkan bahwa kadang-kadang bergosip dapat membahayakan tapi tidak menutup kemungkinan informasi yang kita dapatkan bisa digunakan untuk melindungi diri sendiri.
"Saya pikir bergosip bisa menjadi hal yang cerdas untuk dilakukan. Ini memungkinkan orang untuk melacak apa yang terjadi dan membentuk aliansi sosial dengan orang lain," sebut Elena.
Tak selamanya bergosip atau julid menjadi kegiatan yang tidak memiliki manfaat. Di beberapa waktu, bergosip juga bisa memberikan manfaat di waktu-waktu tertentu.
Jadi, sudah berapa menit yang kamu habiskan untuk julid hari ini?
Komentar
Posting Komentar