Setelah hampir dua dekade, akhirnya para ilmuwan pertama kalinya menemukan jenis baru dari virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Virus ini juga dapat berkembang hingga ke stadium akhir yang dikenal dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS.
Menurut Abbott Laboratories yang merupakan tim peneliti, HIV jenis baru ini termasuk bagian versi Grup M dari keluarga subtipe virus HIV-1 yang telah ditemukan sejak tahun 2000. Jenis seperti ini penting untuk diketahui, agar penyakit dapat dideteksi dengan efektif. Temuan ini diterbitkan di Journal of Acquired Immune Deficiency.
Seperti virus lainnya, HIV juga memiliki beberapa subtipe atau jenis yang berbeda dan bisa bermutasi serta berubah seiring berjalannya waktu. Menurut salah satu ilmuwan utama di Abbott, Mary Rodgers, ini bisa menjadi tantangan nyata untuk tes diagnostik dalam melacak peredaran penyakit tersebut.
"Sehingga dengan ditemukannya jenis HIV baru ini, kita bisa secara akurat mendeteksi penyebaran penyakit tersebut di dunia," ujar Mary seperti yang dikutip.
Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci mengatakan, selama ini perawatan untuk penyakit HIV hanya efektif dalam melawan jenisnya, namun belum bisa memberikan informasi secara luas tentang bagaimana virus itu berkembang.
Sebelumnya, para ilmuwan telah menemukan tiga strain virus HIV ini di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1983, 1990, dan 2001. Tapi, setelah diteliti, ketiganya tidak memiliki kemiripan dengan virus yang lebih tua sebelumnya dan belum bisa disebut sebagai jenis baru.
Namun, sampai saat ini belum ditemukan secara jelas apakah HIV jenis baru ini memiliki efek yang berbeda pada tubuh manusia. Meskipun begitu, pengobatan yang ada saat ini diyakini dapat melawan jenis HIV baru tersebut.
"Adanya penemuan ini membuat kita harus terus berpikir dan meneliti dengan teknologi yang sudah semakin maju saat ini, karena virus ini dapat terus berevolusi," kata dr Carole McArthur, profesor di departemen ilmu lisan dan kraniofasial di University of Missouri, Kansas City.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 36,7 juta orang di dunia hidup dengan HIV di tubuhnya. Sementara UNAIDS memperkirakan pada tahun 2016, 1,8 juta orang telah terinfeksi virus baru ini.
Menurut Abbott Laboratories yang merupakan tim peneliti, HIV jenis baru ini termasuk bagian versi Grup M dari keluarga subtipe virus HIV-1 yang telah ditemukan sejak tahun 2000. Jenis seperti ini penting untuk diketahui, agar penyakit dapat dideteksi dengan efektif. Temuan ini diterbitkan di Journal of Acquired Immune Deficiency.
Seperti virus lainnya, HIV juga memiliki beberapa subtipe atau jenis yang berbeda dan bisa bermutasi serta berubah seiring berjalannya waktu. Menurut salah satu ilmuwan utama di Abbott, Mary Rodgers, ini bisa menjadi tantangan nyata untuk tes diagnostik dalam melacak peredaran penyakit tersebut.
"Sehingga dengan ditemukannya jenis HIV baru ini, kita bisa secara akurat mendeteksi penyebaran penyakit tersebut di dunia," ujar Mary seperti yang dikutip.
Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci mengatakan, selama ini perawatan untuk penyakit HIV hanya efektif dalam melawan jenisnya, namun belum bisa memberikan informasi secara luas tentang bagaimana virus itu berkembang.
Sebelumnya, para ilmuwan telah menemukan tiga strain virus HIV ini di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1983, 1990, dan 2001. Tapi, setelah diteliti, ketiganya tidak memiliki kemiripan dengan virus yang lebih tua sebelumnya dan belum bisa disebut sebagai jenis baru.
Namun, sampai saat ini belum ditemukan secara jelas apakah HIV jenis baru ini memiliki efek yang berbeda pada tubuh manusia. Meskipun begitu, pengobatan yang ada saat ini diyakini dapat melawan jenis HIV baru tersebut.
"Adanya penemuan ini membuat kita harus terus berpikir dan meneliti dengan teknologi yang sudah semakin maju saat ini, karena virus ini dapat terus berevolusi," kata dr Carole McArthur, profesor di departemen ilmu lisan dan kraniofasial di University of Missouri, Kansas City.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 36,7 juta orang di dunia hidup dengan HIV di tubuhnya. Sementara UNAIDS memperkirakan pada tahun 2016, 1,8 juta orang telah terinfeksi virus baru ini.
Komentar
Posting Komentar